13.2.12

Puncak Lawu Hargo Dumilah, Naik Cemoro Sewu Turun Cemoro Kandang

Pendakian ini merupakan awal pendakian ku selanjutnya bersama beberapa teman seangkatan, Fisika UGM 2010. Persiapan dimulai jauh hari sebelumnya dengan perencanaan matang. Undangan - undangan di media sosial disebarkan, dan terjaringlah banyak calon pendaki, tetapi banyak yang gugur mendekati hari-h pendakian karena alasan ijin orang tua. Benar saja, saat itu sedang sering - seringnya hujan yang disertai angin di bawah, apalagi di gunung.

12 Januari 2012 pukul sembilan aku mengawali perjalanan dari kampus ku bersama lima orang temanku yang sebelumnya telah terkumpul sekitar lima belasan orang. Perjalanan ke Cemoro Sewu, Karanganyar kami tempuh dengan sepeda motor selama kurang lebih tiga jam.


Dari Jogja cuaca masih terlihat cerah berawan, tapi semakin ke timur langit terlihat semakin gelap. Pukul dua siang kami hampir sampai basecamp Cemoro Sewu. Karena melihat banyak penjual sate kelinci di pinggir jalan, dengan perut kosong pasti saja kami tertarik untuk menghentikan sepeda motor dan mengisi perut terlebih dahulu. Sate kelinci dengan bumbu kacang kami santap dengan harga Rp 10.000, 00.


Sampai di Cemoro Sewu kami istirahat lama di mushola sambil menunggu hujan reda. Pukul empat sore kami memutuskan untuk memulai perjalanan walaupun keadaan masih gerimis. Di basecamp kami sudah diperingatkan untuk tidak melanjutkan perjalanan bila terjadi hujan angin di pos dua atau tiga karena di puncak pasti badai. Seminggu yang lalu pendaki dari Solo mati kedinginan di puncak, ibu penjagabasecamp memperingatkan. Pengalamanku sebelumnya mendaki ke Puncak Lawu disertai dengan hujan gerimis dari bawah hingga balik lagi ke basecamp, membuatku tak gentar untuk melanjutkan pendakian ini.


Langkah berat dengan deguban jantung yang kencang begitu terasa selama mengawali perjalanan. Trek menanjak tajam dilalui beberapa kali. Di pos I kami berhenti sejenak. Jam telah menunjukkan pukul enam, satu setengah jam lebih kami lalui untuk sampai pos pertama. Hari gelap di tambah hujan gerimis di belantara punggung Lawu membuat perjalanan semakin "terasa". Kami hanya menemui satu kelompok pendaki yang turun selam perjalanan ke pos dua. Di pos dua hujan semakin deras dan angin semakin kencang, kami memutuskan untuk mendirikan tenda dan menunggu hujan angin reda. Di pos pertama dan kedua terdapat bangunan permanen jadi dapat mengurangi terpaan hujan angin. 


Kami menemui sepasang pendaki yang telah mendirikan tenda terlebih dahulu di dalam bangunan. Tak ada tempat tersisa untuk satu tenda lagi pun di dalam bangunan tersebut. Kami beristirahat dengan baju yang agak basah hanya dengan sleeping bag dan space yang sangat sempit hingga kami menumpuk-numpukkan badan dan kaki kami. Di luar hujan angin mengangkat atap bangunan yang terbuat dari seng. Tembok bangunan yang hanya dibuat sepinggang orang dewasa membuat orang yang di dalamnya masih bisa melihat dan merasakan angin yang sesekali mendoyongkan pohon - pohon yang ada di luaran. Karakteristik jalur yang berupa lereng - lereng punggung gunung membuat angin yang melaluinya mengeluarkan bebunyian khas. Karena lelah kami masih bisa tertidur walau keadaan demikian.


Pagi - pagi sekali sebagian dari kami sudah terbangun dan hujan angin sudah reda. Terlihat beberapa pendaki yang mendirikan tenda di luar bangunan. Beberapa dari kami sempat putus asa dan mengajak pulang. Kami sempat membagi menjadi dua kelompok, yang meneruskan ke puncak dan turun ke bawah. Namun, semakin pagi, sinar matahari yang sedikit masuk dari punggung gunung menambah semangat kami untuk meneruskan perjalanan ke puncak. Akhirnya tak satupun dari kami memutuskan untuk turun.



Karakter jalur lawu, sudah di alasi batu


Pemandangan sebelum pos V


Pos dua ke pos selanjutnya mempuyai trek yang menanjak curam tapi dikurangi dengan bentuk jalur yang spiral dan dialasi bebatuan. Begitulah jalur lawu melalui Cemoro Sewu sampai puncak nanti, telah dialasi batu - batu yang tertata jadi tak mungkin rasanya kita tersesat melalui jalur ini.


Kabut badai

Dari pos IV sampai pos V pemandangan bawah sudah mulai terlihat. Pos V ke Sendang Drajad angin bertiup kencang hingga sedikit mengurangi laju jalan kami, jalur agak mendatar. Kami sempat tersesat karena badai dan kabut gelap membatasi pandangan. Terdapat persimpangan jalur setelah pos V. Karena tahu aku belu pernah melalui jalur ini sebelumnya maka kami memutuskan untuk kembali menuju jalur sebelunya dan mencari awal percabangan. Sampai di sendang drajad hari sudah semakin siang sehingga kami memutuskan untuk tidak berhenti sampai puncak.


Dari sendang drajad kami mempercepat langkah, melewati lereng Hargo Dumilah, puncak lawu, kami mulai berpisah karena perbedaan semangat. Kami begitu bersyukur karena saat di puncak awan sedikit membuka dirinya untuk memperlihatkan pemandangan indah di bawah Lawu. Terbayar sudah kangenku selama ini setelah sekian lama tidak mendaki gunung akhirnya aku bisa mengawali kembali pendakian gunungku.



Puncak Hargo Dumilah


Di puncak kami foto bersama dan makan siang mengisi energi untuk turun.  Dari puncak Hargo dumilah kami melewati jalur berbeda sampai kami menemui percabangan jalur Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang. Mengingat jarak basecamp Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang hanya berjarak kurang lebih 200 m maka kami memutuskan untuk melewati Cemoro Kandang.



Makan bareng di puncak






Jalur ini lebih jauh sehingga lebih landai dan terdapat benyak jalan pintas yang langsung ke bawah. Kami sering melewati jalan pintas yang lebih curam, kadang kami melewatinya dengan prosotan, tak peduli tanah mengotori pakaian. Pukul 12 siang dari puncak sampai pukul enam sore kita baru sampai basecamp cemoro kandang disertai hujan deras.

Berat sekali rasanya meneruskan perjalanan ke basecamp Cemoro Sewu karena hujan yang begitu deras. Aku dan seorang teman mengalah untuk mengambil motor yang dititipkan di Cemoro Sewu. Selesai mengambil motor kami makan malam di salah satu warung yang bertebaran di Cemoro Kandang. Sate Kelinci lagi menu kali ini. Ibu pemilik warung menawari untuk tidur di warungnya karena saat itu sedang hujan deras dan tak mungkin untuk melanjutkan perjalanan pulang. Bangunan warung hanya ditutup atap seng tanpa tembok jadi tak ada yang menghalangi angin yang masuk dari berbagi penjuru. Kami ingin mendirikan tenda tapi tak ada energi lagi untuk sekedar mendirikan tenda. Akhirnya kami hanya mengarak tenda ke puncak dan balik lagi ke persewaan tanpa memakainya.


Turun lewat Cemoro Kandang

0 comments:

Post a Comment

menu