Diperlukan manusia tangguh untuk menghadapi kerasnya alam
kehidupan. Bukan urusan kita mengetahui tujuan keberadaan. Ia bergerak menggebu
kadang tenang dengan bahasanya sendiri, bahasa yang entah maknanya berharga
atau tidak bagi kita. Yang berharga, yang bermakna tentunya berbeda bagi setiap
jenis tingkat kehidupan. Berbeda lingkungan, berbeda keadaan, berbeda aturan
main, berbeda rasa, berbeda kuasa, maka berbeda makna. Itu bukan urusan kita.
Menjadi manusia tangguh adalah urusan kita, tujuan yang kita
buat sendiri. Tentunya mungkin ada tujuan yang lebih besar lagi, tapi tujuan
besar itu tak disampaikan kepada kita, kepada satu-satunya kita, bukan melalui
politik atau kekuasaan imperium, kredo-kredo, mitos, doktrin juga dogma, maka
kita buat tujuan itu sendiri.
Seperti ketika seseorang terbangun di sebuah kereta yang
beberapa gerbongnya pengap, kotor, penuh bau, beberapa lainnya penuh keindahan
serta kenikmatan, padahal dia tak menginginkan keberadaan dirinya di dalam
kereta itu. Entah karena apa tiba-tiba dia terbangun saja di kereta itu. Kereta
yang mengangkut banyak barang, banyak orang. Tak ada yang tahu kereta itu akan
membawa mereka kemana. Tak ada cara untuk keluar darinya.
Hari-hari berlalu, orang itu menghabiskan waktunya bertanya
kepada setiap penumpang kereta. Penumpang kereta terbagi kepercayaannya dengan
beberapa spekulasi yang dibuat oleh pemimpin kelompoknya. Namun sebenarnya,
kepercayaan itu tak terlalu mereka hiraukan. Mereka malah lebih disibukkan
berebut gerbong nyaman yang penuh kenikmatan.
Orang itu tak puas dengan spekulasi beberapa kelompok penumpang kereta. Sepertinya kereta itu dibuat sedemikian canggihnya, tak sesederhana pemikiran kelompok-kelompok itu yang sebenarnya idenya hampir sama. Seperti satu kelompok memodifikasi ajaran kelompok lain hingga muncul banyak kelompok yang idenya bercabang seperti pohon.
Orang itu tak puas dengan spekulasi beberapa kelompok penumpang kereta. Sepertinya kereta itu dibuat sedemikian canggihnya, tak sesederhana pemikiran kelompok-kelompok itu yang sebenarnya idenya hampir sama. Seperti satu kelompok memodifikasi ajaran kelompok lain hingga muncul banyak kelompok yang idenya bercabang seperti pohon.
Akhirnya, setelah lama mencari tahu tujuan kereta itu akan
membawanya kemana, ia memilih untuk menghentikan pencariannya. Sedikit
pengalamannya berada di kereta dipakainya untuk bertahan di sana. Ia nyaman
saat bisa menolong orang-orang yang menderita. Ia banyak tahu hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan di dalam kereta karena penjelajahannya di tiap gerbong
memberikan pengalaman lebih daripada orang lain yang hanya diam di suatu
gerbong. Orang berkuasa lebih memilih kereta yang nyaman sedang orang lemah
harus bisa menerima gerbong busuk penuh bau.
Ia dekat dengan orang-orang berkuasa yang sudah bisa membuat
berbagai macam kenikmatan lain, karena kebutuhan dasarnya telah terpenuhi,
kemudian mengajarkannya kepada orang-orang lemah membuat hal-hal baru seperti
halnya orang berkuasa. Ia menikmati kegiatannya. Ia tak menghiraukan lagi
kemana kereta itu akan membawanya atau untuk apa ia tiba-tiba dimasukkan ke
dalam kereta itu. Ia juga tak menghiraukan kepercayaan penumpang lain yang
terbagi dalam kelompok-kelompok dengan spekulasi dari peimpinnya, karena
pengalamannya mengatakan kecanggihan kereta itu akan cacat jika dijelaskan
dengan keremehan dogma-dogma para pemimpin yang terlalu manusiawi.
Ia percaya kereta akan membawa kepada tujuan yang baik karena
pengalamannya di dalam kereta membawanya pada berbagai macam warna keindahan,
perpaduan indah antara kebaikan dan keburukan, permainan-permainan, kepalsuan
kejujuran, rasa dosa dengan solusi pengampunan, dan kecanggihan-kecanggihan
lain.
Jika kereta dibuat oleh pembuatnya diperuntukkan bagi penumpang
yang hendak berpindah tempat, maka kitalah keretanya, bukan penumpang sebagai
tujuan dibuatnya kereta oleh pembuat kereta, kita alatnya bukan pemakainya. Kita
lah pesan yang dikirim oleh komunikator kepada komunikan. Untuk
kemudian siapa komunikator dan siapa komunikannya, apakah ia satu, jangan
ditanya.
0 comments:
Post a Comment