Alam raya membanting -
bantingkan dirinya terus bergerak meledak - ledak. Air diangkat menjadi ombak
besar menggulung apapun dihadapannya. Hutan, bukit gunung semua luluh lantak
dengan sapuan. Hewan - hewan telah berlari karena bahkan kemarahan itu sudah terendus
sebelumnya. Manusia menjerit menangis kehilangan orang kesayangan. Beberapa
saat kemudian alam terdiam, sunyi tanpa suara. Sinar bintang tertutup awan. Tak
ada bulan.
Sekumpulan manusia lain
asyik berpesta merayakan kemenangan mereka. Kemenangan yang telah lama mereka
nantikan. Gelas - gelas penuh ditenggak diselingi tawa gila. Pria wanita
tenggelam dalam keriangan, duka jauh dari permukaan. Sebuah gunung tinggi besar
melindungi mereka dari amukan alam.
Di puncaknya, seorang suci
diam duduk bersila. Sedikit membuka mata melihat keduanya, tapi dengan cepat
kembali menutupnya. Seolah ia tak ingin menghiraukannya. Telah lama ia berjanji
untuk tidak turun dan ikut mencampuri keduanya. Suka dan duka hanyalah sesaat.
Tak ada gunananya mencari dan menghindari keduanya. Ia memilih untuk diam
berharap semua berlalu dengan cepat dan ia hilang menuju kebebasan cerah.
Malam berlalu matahari
sedikit demi sedikit keluar dari horizon cakrawala. Keluarnya dibarengi
pergantian berbagai warna dunia. Manusia yang lelap semalaman terbangun dengan
kilau indahnya. Mereka bersyukur bahagia. Terdengar kabar saudara mereka
tertimpa bencana. Kebahagiaan pagi luntur berganti duka.
Di bagian lain di alam raya
suasana begitu berbeda, tapi tetap sama. Bergejolak menghancurkan, indah
membangunkan atau diam membekukan. Ia membiarkan semua ada dan menjadi semua,
entah sampai mengapa
0 comments:
Post a Comment