4.1.14

A


Alam raya membanting - bantingkan dirinya terus bergerak meledak - ledak. Air diangkat menjadi ombak besar menggulung apapun dihadapannya. Hutan, bukit gunung semua luluh lantak dengan sapuan. Hewan - hewan telah berlari karena bahkan kemarahan itu sudah terendus sebelumnya. Manusia menjerit menangis kehilangan orang kesayangan. Beberapa saat kemudian alam terdiam, sunyi tanpa suara. Sinar bintang tertutup awan. Tak ada bulan.

Sekumpulan manusia lain asyik berpesta merayakan kemenangan mereka. Kemenangan yang telah lama mereka nantikan. Gelas - gelas penuh ditenggak diselingi tawa gila. Pria wanita tenggelam dalam keriangan, duka jauh dari permukaan. Sebuah gunung tinggi besar melindungi mereka dari amukan alam.

Di puncaknya, seorang suci diam duduk bersila. Sedikit membuka mata melihat keduanya, tapi dengan cepat kembali menutupnya. Seolah ia tak ingin menghiraukannya. Telah lama ia berjanji untuk tidak turun dan ikut mencampuri keduanya. Suka dan duka hanyalah sesaat. Tak ada gunananya mencari dan menghindari keduanya. Ia memilih untuk diam berharap semua berlalu dengan cepat dan ia hilang menuju kebebasan cerah.

Malam berlalu matahari sedikit demi sedikit keluar dari horizon cakrawala. Keluarnya dibarengi pergantian berbagai warna dunia. Manusia yang lelap semalaman terbangun dengan kilau indahnya. Mereka bersyukur bahagia. Terdengar kabar saudara mereka tertimpa bencana. Kebahagiaan pagi luntur berganti duka.

Di bagian lain di alam raya suasana begitu berbeda, tapi tetap sama. Bergejolak menghancurkan, indah membangunkan atau diam membekukan. Ia membiarkan semua ada dan menjadi semua, entah sampai mengapa


0 comments:

Post a Comment

menu