Agama
mulai mengalami keguncangan sejak sains modern mulai terkenal dan masuk ke
dunia industri. Para filsuf dan aktifis sains melancarkan serangan argumen yang
meruntuhkan kepercayaan terutama di kalangan kekristenan barat. Sebut saja
Thomas Paine, David Hume, Charles Darwin, Karl Marx, Nietzsche, dll, mempunyai
argumen beragam dari bidangnya masing – masing tentang penyingkiran eksistensi
Tuhan. Sejak saat itu, perang argumen mulai mewabah di kalangan petinggi –
petinggi sains dan filsafat baik menentang kekristenan dan agama atau
mendukungnya, atau bahkan menyingkirkan Tuhan ataupun mendukungnya. Pernyataan
yang lebih sering bergaung saat itu, agama dan kepercayaan diprediksi akan
menghilang secara cepat di masa depan.
Namun
apa yang terjadi sekarang, manusia masih banyak memegang teguh kepercayaannya
walau timbul beberapa perubahan budaya beragama, agama masih mendominasi.
Mungkin dulu para filsuf dan ilmuwan hanya melakukan perdebatannya di lab. Atau
sikap over positif atas visi kedepan yang terlalu imajinatif berjalan semakin
melambat dan terlalu jauh dari sasaran bahkan menjadi bumerang yang malah
meyakiti.
Kebanyakan
alur hidup manusia modern itu sederhana saja. Lahir, dibesarkan, setelah dewasa
bertanggung jawab mencari penghidupan, menikah, punya anak, membesarkan anak,
menghidupi keluarga, konflik, kembali bersatu, pensiun, menjalani hari tua, dan
mati. Dari milestone – milestone pokok tadi, terdapat potongan - potongan kejadian
minor yang berisi kebahagiaan, kesedihan, semangat, kekendoran, kegalauan,
keyakinan atas keputusan, keterpaksaan, dan perasaan – perasaan lain atas
peristiwa – peristiwa dalam hidupnya yang secara paksa mengenai manusia terkait.
Itu karena manusia lebih banyak digerakkan oleh rasa. Jika didefinisikan,
perasaan mungkin adalah suatu reaksi memaksa yang muncul secara kompleks
intuitif atas suatu kejadian. Asalnya dari kebiasaan dan lingkungan. Bagaimana
ia menanggapi suatu kejadian (kenikmatan, musibah, pilihan) berkaitan dengan
kebiasaan sebelumnya menanggapi kejadian serupa dan pengetahuan.
Manusia
memiliki tujuan berjangka, kemudian manusia bergerak melalui milestone –
milestone pokok dan potongan – potongan kejadian minor yang begitu rumit hingga
tak bisa ditentukan dengan tepat apakah tujuan berjangkanya akan dicapai atau
gagal. Saat melaluinya manusia lebih banyak digerakkan oleh perasaan dari pada
nalar sadar. Manusia bergerak melalui garis waktunya masing – masing yang tak
mereka atau bahkan kenyataan ini ketahui.
Dari
sini manusia menemukan senjata ampuhnya yang berasal dari perasaannya atas
kenyataan yang dialaminya sebelumnya untuk mengalahkan musuh – musuh yang tak
diinginkannya dalam menjalani kehidupan. Kenyataan begitu rumit karena
ditempati oleh banyak penghuni yang memiliki tujuan beragam dan kadang saling
silang hingga bertumbukan dan salah satu harus tersingkir. Senjata itu terkubur
dalam realitas dan manusia menemukannya kembali, yang sepertinya dulu
diciptakan dengan canggih.
Senjata
itu dipercaya dapat berhubungan dengan inti dari realitas dan membantu manusia
yang menggunakannya mengurai benang kusut garis waktu sehingga tak bertabrakan
dan sesuai dengan apa yang diinginkan penggunanya. Setiap milestone dan
potongan akan dilalui dengan sangat mudah dan meyakinkan walaupun sakit, tapi
senjata itu akan mengobati sakitnya dengan tujuan yang terlihat lebih jelas.
Terbentuk
dari beberapa kalimat dan sering didahului kata “semoga”, pujian - pujian, penyucian diri. Senjata itu disebut
sebagai harapan. Kenyataan menguburnya sampai ada yang membongkarnya kembali
dan dapat menggunakannya untuk berhubungan dengan kenyataan. Dulu senjata itu
juga diciptakan oleh kenyataan.
0 comments:
Post a Comment