9.2.14

Tuhan Menciptakan Harapan dari Harapan Mucullah Tuhan


Agama mulai mengalami keguncangan sejak sains modern mulai terkenal dan masuk ke dunia industri. Para filsuf dan aktifis sains melancarkan serangan argumen yang meruntuhkan kepercayaan terutama di kalangan kekristenan barat. Sebut saja Thomas Paine, David Hume, Charles Darwin, Karl Marx, Nietzsche, dll, mempunyai argumen beragam dari bidangnya masing – masing tentang penyingkiran eksistensi Tuhan. Sejak saat itu, perang argumen mulai mewabah di kalangan petinggi – petinggi sains dan filsafat baik menentang kekristenan dan agama atau mendukungnya, atau bahkan menyingkirkan Tuhan ataupun mendukungnya. Pernyataan yang lebih sering bergaung saat itu, agama dan kepercayaan diprediksi akan menghilang secara cepat di masa depan.

Namun apa yang terjadi sekarang, manusia masih banyak memegang teguh kepercayaannya walau timbul beberapa perubahan budaya beragama, agama masih mendominasi. Mungkin dulu para filsuf dan ilmuwan hanya melakukan perdebatannya di lab. Atau sikap over positif atas visi kedepan yang terlalu imajinatif berjalan semakin melambat dan terlalu jauh dari sasaran bahkan menjadi bumerang yang malah meyakiti.

Kebanyakan alur hidup manusia modern itu sederhana saja. Lahir, dibesarkan, setelah dewasa bertanggung jawab mencari penghidupan, menikah, punya anak, membesarkan anak, menghidupi keluarga, konflik, kembali bersatu, pensiun, menjalani hari tua, dan mati. Dari milestone – milestone pokok tadi, terdapat potongan - potongan kejadian minor yang berisi kebahagiaan, kesedihan, semangat, kekendoran, kegalauan, keyakinan atas keputusan, keterpaksaan, dan perasaan – perasaan lain atas peristiwa – peristiwa dalam hidupnya yang secara paksa mengenai manusia terkait. Itu karena manusia lebih banyak digerakkan oleh rasa. Jika didefinisikan, perasaan mungkin adalah suatu reaksi memaksa yang muncul secara kompleks intuitif atas suatu kejadian. Asalnya dari kebiasaan dan lingkungan. Bagaimana ia menanggapi suatu kejadian (kenikmatan, musibah, pilihan) berkaitan dengan kebiasaan sebelumnya menanggapi kejadian serupa dan pengetahuan.

Manusia memiliki tujuan berjangka, kemudian manusia bergerak melalui milestone – milestone pokok dan potongan – potongan kejadian minor yang begitu rumit hingga tak bisa ditentukan dengan tepat apakah tujuan berjangkanya akan dicapai atau gagal. Saat melaluinya manusia lebih banyak digerakkan oleh perasaan dari pada nalar sadar. Manusia bergerak melalui garis waktunya masing – masing yang tak mereka atau bahkan kenyataan ini ketahui.

Dari sini manusia menemukan senjata ampuhnya yang berasal dari perasaannya atas kenyataan yang dialaminya sebelumnya untuk mengalahkan musuh – musuh yang tak diinginkannya dalam menjalani kehidupan. Kenyataan begitu rumit karena ditempati oleh banyak penghuni yang memiliki tujuan beragam dan kadang saling silang hingga bertumbukan dan salah satu harus tersingkir. Senjata itu terkubur dalam realitas dan manusia menemukannya kembali, yang sepertinya dulu diciptakan dengan canggih.

Senjata itu dipercaya dapat berhubungan dengan inti dari realitas dan membantu manusia yang menggunakannya mengurai benang kusut garis waktu sehingga tak bertabrakan dan sesuai dengan apa yang diinginkan penggunanya. Setiap milestone dan potongan akan dilalui dengan sangat mudah dan meyakinkan walaupun sakit, tapi senjata itu akan mengobati sakitnya dengan tujuan yang terlihat lebih jelas.

Terbentuk dari beberapa kalimat dan sering didahului kata “semoga”, pujian - pujian, penyucian diri. Senjata itu disebut sebagai harapan. Kenyataan menguburnya sampai ada yang membongkarnya kembali dan dapat menggunakannya untuk berhubungan dengan kenyataan. Dulu senjata itu juga diciptakan oleh kenyataan.



0 comments:

Post a Comment

menu