15.10.14

Serakan

Sudah sekian lama saya bergulat dengan quran, mengambil dan membuang beberapa serakan cabang kemudian mengumpulkannya. Namun, saya tak kunjung puas mendapatkan susunan yang selaras dengan pohon - pohon lain di alam ini. Akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan apa yang telah saya buat.

Cara saya mengumpulkan dan membuang serakan cabang saya sendiri memang ditentang oleh banyak orang, jika mereka tahu. Saya tak menghiraukan mereka, mereka saja hanya mengambil buah yang muncul dari serakan cabang yang telah disusun sebelumnya tanpa mengetahui untuk apa serakan itu disusun dan bagaimana latar belakang penyusunnya.

Sekarang, saya malah lebih mendapat pemandangan indah walau tanpa menyusun serakan cabang, yaitu dengan memandang batang besar terbengkalai yang kerap dilupakan. Batang yang masih melekat akar - akar mati padanya. Serakan cabang dan batang besar sekarang sudah seperti pohon - pohon yang lain di alam ini, betapa indahnya.

Islam, oleh pendirinya, dibangun di atas sebuah iman. Iman kepada keberadaan tuhan yang ikut campur dalam kehidupan. Tuhan yang penuh kasih kemanusiaan, tapi tak ada kasih manusia yang bisa menyamainya.

Tuhan yang menunjukkan jalan kehidupan yang penuh kenikmatan sejati daripada jalan kenikmatan duniawi yang tidak pasti. Jalan yang mudah diikuti orang - orang kebanyakan.
Tuhan yang memiliki sifat - sifat agung dan kemahaan. Darinya segalanya berawal dan kepadanya segalanya berakhir. Tak ada yang lebih hebat darinya.

Saat keyakinan pada tuhan yang demikian telah tercapai, beban - beban dan godaan - godaan kehidupan kini dapat ditaklukkan.

Ada dua cara menaklukkan berbagai keadaan, keadaan yang bisa disebut ujian dari tuhan. Tuhan dekat dengan semua manusia. Mereka dibedakan dari seberapa mereka dapat bertahan dari ujian kehidupan. Mereka yakin bahwa segala kenikmatan, kesakitan, penderitaan, kebahagiaan datangnya dari tuhan yang maha pengasih.

Dua cara tersebut adalah sabar dan syukur.

Saat ujian yang tidak mereka inginkan berupa kesakitan, keterpurukan, kerugian datang kepada mereka, mereka menggunakan cara pertama, sabar. Dengan mengingat bahwa penderitaan yang mereka dapat datang dari tuhan yang maha pengasih, penderitaan itu kini berubah menjadi sebuah kenikmatan yang lain. Penderitaan itu kini malah semakin mendekatkan dirinya dengan tuhannya. Seperti seorang anak dalam pelukan bapaknya saat ia demam kedinginan, tapi perlindungannya lebih dari itu karena datang dari yang mahabesar.

Dari situ ia dapat bertahan dari penderitaan dan melanjutkan jalannya dengan penuh kepastian. Mereka terus mengingat kebesaran dan keyakinan akan bantuan tuhannya di setiap langkahnya.

Saat tidak dalam tekanan atau malah mereka diangkat posisinya mereka menggunakan cara kedua, syukur. Dengan bersyukur ia bisa lebih merasakan kenikmatan. Tuhan telah berjanji dengan bersyukur saat mengalami kenikmatan maka ia akan menambahnya. Seperti sebelumnya, segala kenikmatan mereka yakini datangnya dari tuhan, bukan datang dan berlalu begitu saja tanpa asal dan tujuan. Segalanya berasal dan akan kembali kepada tuhan.
Setelah iman, sabar, syukur kemudian amal saleh. Empat kata tersebut berulang kali diucapkan dalam quran dan seperti menjadi pokok ajaran. Itulah sekiranya mungkin apa yang dapat disebut sebagai islam sejati, setidaknya menurut saya. Yaitu dengan meyerahkan segala sesuatunya kepada tuhan dengan tetap menjalani kehidupan. 

Ditambah amal saleh atau kebaikan, maka semakin meneguhkan posisinya sebagai manusia yang tak dapat hidup sendirian.  Manusia membutuhkan pertolongan dari sesamanya berupa dukungan, perlindungan. Bersama mereka lebih hebat dihadapan ketidakpastian kehidupan.

Itulah sebuah cara pandang atau jalan dari sekian banyak lainnya.

0 comments:

Post a Comment

menu