Bahwa ini semua buatan kita.
Kita dulu satu menguasai segala sesuatu.
Kita segala sesuatu itu sendiri.
Tak ada awal, tak ada akhir, tak ada batas-batas yang
terbesar, tak ada batas-batas yang terkecil.
Kitalah ruang waktu.
Tak ada yang nyata atau imajinasi, yang ada hanyalah sebuah
kenyataan tunggal yang kita menguasainya.
Maka tentunya ingatan kita adalah kenyataan itu sendiri.
Kita bisa membuat diri kita semau kita, merasakannya secara
bersamaan, kemudian mengubahnya menjadi yang lain. Atau dengan kata lain,
mencipta dan memusnahkan semesta kita semau kita
Misal kita membuat sebuah kamar berbentuk kubus kemudian
mengamati diri kita dari dalam. Kita warnai dalamnya dengan warna merah.
-Bahkan warna merah itu adalah diri kita sendiri.-
Kita bisa mengamati diri kita secara bersamaan dari berbagai
sudut kamar, atau dari suatu sudut di dalam kamar.
Tak ada batas pengamatan kita. Jika kita ingin tahu
bagaimana keadaan di luar kamar kita bisa membuatnya sendiri.
Kamar itu tak mengambang di tempat manapun karena yang ada
adalah kamar itu sendiri.
Kita menguasai segala kemungkinan karena kita adalah
kemungkinan itu sendiri.
Kadang kita bisa mengentikan waktu. Pada waktu itu, kita
adalah apa yang kita pahami sekarang sebagai menghilang. Namun, bukan benar-benar
menghilang karena tak ada yang hilang, hanya berubah menjadi bentuk lain,
sewaktu-waktu kita bisa mengembalikannya.
Kita hanya menghentikan kesadaran kita pada satu perhatian
murni.
Dan karena kita kekal, kita tak pernah lelah mencipta dan
mengamati.
oo
Pada suatu kesempatan, --yang sebenarnya kita bisa selalu
berada dalam kesempatan itu, atau bergerak ke kesempatan lain, atau
kembali ke kesempatan itu, ingat, kita yang membuat kesempatan itu sendiri--
kita membuat sebuah permainan. Dalam permainan ada sebuah aturan, apakah kita
berkomitmen pada aturan itu atau tidak itu pilihan kita, dan kita memilih untuk
komit dalam beberapa jangka waktu.
Aturan permainannya adalah sebagai berikut :
Karena kita bisa menyadari segalanya bersamaan, kita juga
bisa membaginya dalam beberapa perhatian.
Kita bagi perhatian kita dan mengurungnya dalam beberapa
ruang kuasa / ruang kendali.
Suatu perhatian / kesadaran dalam sebuah ruang kuasa kita
buat sedemikian rupa sehingga kekuasaanya terbatas.
Sebuah ruang kuasa hanya bisa mengendalikan beberapa bagian
dalam ruangnya, dan beberapa bagian dalam ruang-ruang lain.
Kemudian kita membuat sebuah ruang besar yang sedikit sekali
bagiannya dapat dikendalikan oleh ruang-ruang kendali. Ruang besar yang
bergerak tanpa kendali dengan aturan pergerakan tertentu, yang aturannya juga
mengendalikan beberapa bagian dari ruang-ruang kendali.
Ruang besar akan memunculkan ruang kendali dan
memusnahkannya sesuai dengan aturan yang telah dibuat.
Ruang besar terus berevolusi, memunculkan dan memusnahkan
ruang-ruang kendali terus menerus secara bergantian.
Kita buat awal ruang besar yang begitu rapatnya kemudian
meledakkannya, mengembangkannya, terus berevolusi, memunculkan, dan memusnahkan
ruang-ruang kendali yang besar kecilnya beraneka ragam.
Tapi sebelum semua itu kita rangkai menjadi sebuah kejadian
runtut, kita perlu bersiap-siap untuk beberapa saat karena setelah
membagi kesadaran kita menjadi beberapa bagian dalam ruang-ruang kendali, kita
tidak akan bisa kembali kepada kesadaran total kita, karena aturan yang kita
buat sendiri melarangnya.
Kita akan terjebak dalam permainan itu sampai permainan yang
kita buat selesai.
Mungkin beberapa bagian dari kita akan sedikit ingat
bagaimana sebenarnya kita yaitu saat sejenak berhenti dan mengamati bagaimana
kebebasan perhatian kita dibatasi, kemudian memahami batas-batas itu.
Namun tetap saja, ia tak bisa lepas dari batas-batas ruang
besar itu sebelum permainan usai. Bukan saat ia sendiri dimusnahkan oleh ruang
besar, tapi saat ruang besar selesai melakukan tugasnya.
Batas-batas itu akan mengarahkan pilihan-pilihan ruang-ruang
kendali sedemikian rupa sehingga pilihan-plihannya cenderung sama.
Dari keterikatan itu, ruang kendali akan mengenal apa yang
akan mereka sebut sebagai rasa, emosi, bentuk, keindahan, dan kebenaran.
Disana akan muncul berbagai hubungan, konflik, cinta, kasih,
persaingan, kerjasama, dll.
Teriakan kegembiraan, rintihan, tangis, duka, semangat,
putus asa, akan terus silih berganti.
Ada yang menganggapnya siksaan, anugerah, atau sekedar masa
bodoh.
Dari keterbatasan, kebahagiaan, kesengsaraan, kita juga akan
mengenal totalitas kesadaran kita, tapi bagaimanapun totalitas kita telah
hilang.
Dan, . . . permainan telah berlangsung cukup lama.
0 comments:
Post a Comment