Dualistic God
1.
Ada suatu sistem berisi entitas – entitas dengan
aturan berupa kausalitas hubungan entitas – entitas yang ada dalam sistem.
2.
Sebuah entitas dapat melakukan hubungan kausal
dengan entitas – entitas lain.
3.
Suatu entitas asing (Tuhan) berada diluar sistem,
artinya : tidak melakukan hubungan kausal dengan entitas – entitas ciptaan
kecuali dengan Revelasi.
4. Revelasi adalah “aturan tambahan” (yang mungkin
ketinggalan saat menciptakan) yang dititipkan melalui sebuah hubungan dengan ”sebuah
(1) entitas pilihan” dan harus
disebarkan kepada entitas – entitas lain.
5.
Aturan – aturan dalam revelasi itu berisi :
I.
Entitas – entitas, hubungan kausalitas dan sistem
mempunyai awal atau diciptakan.
II.
Sistem akan berakhir dan diganti dengan sistem
baru dengan aturan kausal baru namun dengan entitas yang sama.
III. Pencipta
sistem adalah Tuhan yang menguasai semua Entitas – entitas, hubungan kausalitas
dan sistem.
IV. Entitas –
entitas dapat berhubungan kausal dengan Tuhan dengan “hubungan kausal khusus”.
V.
Maksud entitas – entitas ada dalam sistem adalah
untuk “berhubungan kausal khusus” dengan Tuhan dan “berhubungan kausal khusus ”
dengan entitas – entitas lain (ethics).
VI. Ada hubungan
yang benar (diperintahkan, dibolehkan) dan salah (dilarang), baik dan buruk.
6.
Setiap entitas mempunyai nalar (pengalaman aturan
kausal tersimpan) dan kehendak memilih atas hubungan kausal.
7. Ketika sepasang atau sekelompok entitas
berhubungan kausal maka hubungan kausal berikutnya dipengaruhi juga oleh nalar
dan kehendak tiap entitas dengan nalar bergantg kepada berapa banyak hubungan
kausal yang pernah dialami dan tersimpan.
8.
Ketika entitas – entitas bertemu dengan sebuah
(1) entitas pilihan, lalu sebuah (1) entitas pilihan menyampaikan
revelasi maka … ?
a. Keanehan,
ketidak efektivan sebuah hubungan revelasi.
b. Mengapa
hubungan itu terjadi secara jelas pada seseorang tapi tidak pada buuuaaanyak
orang lainnya. Revelator banyak berbicara pada sebuah revelan tapi tidak pada
yang lain.
c. Hasil
hubungan yang berupa aturan : mempercayai hubungan aneh tsb, menyepakati apa yang
di dalam hub aneh tsb. Bagaimana dengan manusia2 ygtak sepakat/percaya apa
aturan tsb bisa melaksanakan tugasnya di suatu sistem beragam ketaatan.
d. Sebuah
aturan pada suatu sistem harus disepakati oleh komponen2/ orang2 dlm sistem.
Pilihan menyepakati tidaknya ditentukan oleh nalar mereka. ___ Bagaimana dengan
aturan berisi buuuaaanyak poin ? ____ Semakin buuuuaaanyak poin dalam aturan
semakin mungkin terjadi ketidak sepakatan pada aturan yang menyebabkan chaos
pada sistem jika semakin banyak yang tidak menaati sebuah aturan pd sistem.
e. Seberapa
ampuhnya aturan itu sehingga menganggap manusia tidak bisa mengkonstruksi
aturan2 secara kesepakatan dengan mempertimbangkan beberapa prinsip dan aspek
fundamental seperti mungkin kelestarian (harmoni) hubungan entitas – sistem, atau
prinsip lainnya.
f.
2 comments:
Mungkin inikah yang dirasakan Muhammad sehingga "qul" bukan berarti Allah memerintah Muhammad untuk berkata, tapi karena Muhammad tidak bisa membedakan Dia dengan dirinya. Muhammad bukan lagi menjadi Muhammad yang itu.
Muhammad tidak berbohong mengenai pengalamannya. Karena pengalaman itu dapat dicapai manusia - manusia lain yang mencapai kedalaman. Namun, tidak demikian saat ia di Madinah.
"On what ground do you deem it necessary that God should single out certain individuals [by giving them prophecy], that he should set them up above other people, that he should appoint them to be the people's guides, and make people dependent upon them?" -- Al Razi -- ..................... Jennifer Michael Hecht, "Doubt: A History: The Great Doubters and Their Legacy of Innovation from Socrates and Jesus to Thomas Jefferson and Emily Dickinson", pg. 227-230
Post a Comment