Manusia telah menulis sejarah panjang tentang
kebebasan.
Itu karena mereka memang diberikan batasan –
batasan untuk dapat bermain “di tempat seperti ini”.
Abad ke – 18 sampai 21 menjadi puncak
perjuangan para manusia untuk melawan penjajahan manusia – manusia lain sampai diperoleh kemerdekaan seperti sekarang, tapi apakah itu kebebasan.
Di masa yang lalu juga sering terdengar cerita
kebebasan.
Kebebasan orang – orang Israel dari Mesir menuju
tanah yang dijanjikan yang dipimin oleh Musa, sampai janji Yesus yang akan
membebaskan para pengikutnya dari dosa di hari kiamat nanti.
Di timur jauh juga tak terlalu berbeda.
Dalam Upanishad, Purana, dan Tri Pitaka Pali
disebutkan tentang kefanaan dunia. Bagaimana manusia terbebas dari hukum sebab akibat,
kelahiran yang berulang – ulang, dan penderitaan menuju kebebasan, bersatu
dengan brahman atau bebas menuju kekosongan.
Ada dua macam kebebasan.
Bebas dari ikatan, batasan, kungkungan segala
sesuatu.
Bebas untuk melakukan, membuat, dan menjadi
segala sesuatu.
Segala sesuatu yang dimaksud adalah benar –
benar segalanya, baik yang ada di dunia, kenyataan, imajinasi, dan himpunan
segala kemungkinan yang seperti pengetahuan kita, takterbatas.
Bisakah keduanya direduksi menjadi kebebasan
yang absolut, kebebasan sebenarnya.
Lalu, apakah kebebasan yang sebenarnya
terjangkau oleh kita.
Jika iya, mungkin momen – momen terakhir menuju
kebebasan tersebut perlu untuk dinikmati.
Itu akan menjadi kenikmatan terakhir karena
setelah itu tidak ada yang menikmati dan yang dinikmati.
0 comments:
Post a Comment